DaerahHukum & Politik

Menerka Dalang Penggelapan Beras Bantuan di Semelako Atas, BPD atau Perangkat Desa?

Bengkulusatu.com – Sejak mencuat perihal penggelapan beras bantuan CBP (Cadangan Beras Pemerintah) yang disalurkan Bapanas melalui Bulog di Desa Semelako Atas, Kecamatan Lebong Tengah, Kabupaten Lebong tampaknya menjadi topik pembicaraan hangat dalam beberapa hari ini. Bagaimana tidak, sejumlah warga setempat mengaku namanya terdaftar sebagai KPM (Keluarga Penerima Manfaat) CBP, tapi bantuan beras tersebut tidak sampai ke tangan mereka.

Bahkan dari lima kali pembagian ada yang tak pernah sekalipun menerima. Sontak saja, warga yang namanya terdaftar sebagai KPM itu mempertanyakan ihwal tersebut.

“Nama kami jelas terdaftar sebagai penerima yang dirilis langsung dari Kemensos, kok bisa beras itu dikasih ke orang lain,” tutur salah satu warga yang namanya tertera sebagai KPM, Kamis (26/10/2023) pagi.

Ironisnya, beredar kabar beras bantuan tersebut bukan hanya dialihkan tapi malah dijual oleh oknum BPD (Badan Permusyawaratan Desa) ke salah satu warung yang letaknya tidak jauh dari balai desa setempat.

Selain beras dijual, terdapat pula pengakuan salah satu warga, dia diminta oleh oknum BPD untuk mengangkut 25 karung beras ke rumahnya (BPD, red). Beras tersebut kabarnya lama diendapkan di rumah oknum BPD tersebut hingga tidak jelas keberadaannya.

“Iya saya yang angkut, kalau tidak salah 25 karung. Seingat saya selama satu minggu beras itu masih ada di rumah BPD, selebihnya saya tidak tahu,” bebernya.

Dia menambahkan, bukan hanya BPD, dia juga pernah memergoki oknum perangkat desa pada malam hari sedang mengambil 3 karung beras yang saat itu di simpan di balai desa. Oknum perangkat desa itu berdalih 3 karung beras bantuan yang diambilnya itu akan diberikan kepada kadus IV, dan 2 orang BPD.

“Dia ngambilnya malam, katanya untuk dikasih ke Kadus IV dan ke 2 orang BPD, tapi setelah saya cek rupanya malah dijual ke warung,” imbuhnya.

Sementara itu, Pjs Kepala Desa Semelako Atas, Desy Manurung, membenarkan informasi tersebut. Diakui Desy, pada saat penyaluran tahap awal dulu dirinya berhalangan hadir karena sedang ada musibah. Desy mengaku memang pernah memerintahkan agar beras tersebut segera disalurkan, tapi herannya penyaluran malah diambil alih sepenuhnya oleh BPD tanpa melibatkan perangkat desa.

“Kalau pengakuan perangkat saya, mereka tidak dilibatkan. Semuanya diambil alih oleh BPD, jadi saya tidak tahu persis beras tersebut sampai apa tidak ke penerimanya,” ungkap Desi.

Desy juga membenarkan informasi sebagian beras bantuan tersebut dijual oleh oknum BPD. Bahkan Desy mengaku bersedia mendampingi awak media jika ingin konfirmasi kepada pembeli tempat oknum tersebut menjual.

“Iya memang ada. Kalau mau tahu jelasnya silahkan tanya dengan orang yang beli, kalau mau ke sana nanti saya siap untuk mendampingi,” tegas Desy.

Jika ditelusuri dari awal, kejadian di Desa Semelako Atas ini bermula dari ketidaktahuan tugas dan wewenang pemerintah desa dan BPD setempat sehingga saling mencuri peran dan lalai akan tugas dan kewajiban masing-masing. Terbukti, penyaluran Bansos yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah desa malah diambil alih oleh BPD yang mestinya sebagai lembaga pengawasan di desa. [Traaf/**]

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button