Musrenbang RPJMD Lebong 2025-2029: Selaraskan Visi Nasional, Namun Anggaran Tetap Mengakar pada Kebutuhan Lokal

Bengkulusatu.com, Lebong – Pemerintah Kabupaten Lebong tengah meramu sebuah formula pembangunan yang canggih untuk lima tahun ke depan. Alih-alih memilih antara tunduk pada arahan pusat atau berjalan sendiri, Lebong merancang sebuah jalan tengah: menyelaraskan diri dengan irama pembangunan nasional dan provinsi, namun memastikan setiap rupiah anggaran tetap mengakar kuat pada kebutuhan paling mendasar masyarakatnya.
Gagasan strategis ini menjadi benang merah dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2025–2029 yang digelar pada Kamis (3/7/2025). Wakil Bupati Lebong, Bambang ASB, S.Sos., M.Si., menegaskan bahwa era pembangunan yang terisolasi telah berakhir, namun kedaulatan untuk menentukan prioritas lokal tidak akan pernah luntur.
“Musrenbang RPJMD ini bukan sekadar rutinitas, tapi fondasi penting dalam menyusun arah pembangunan Lebong selama lima tahun mendatang,” ujar Bambang.
“Mekanisme dan dasar hukumnya jelas. Pemerintah pusat telah menyiapkan blueprint melalui RPJMN, yang nantinya menjadi rujukan bagi kita,” lanjutnya.
Bambang memaparkan, harmonisasi adalah kunci. Program prioritas Presiden seperti Asta Si Tana hingga narasi pembangunan dari Gubernur Bengkulu akan diadopsi sebagai kerangka besar. Namun, ia dengan tegas menggarisbawahi bahwa harmonisasi tidak sama dengan meniru secara buta.
“Intinya kita tidak berjalan sendiri. Harus ada harmonisasi. Tapi, kita harus mampu menyesuaikan tanpa kehilangan jati diri pembangunan lokal,” jelasnya.
Di sinilah letak kecerdasan strategi Lebong. Meski mengacu pada program nasional seperti optimalisasi lahan pertanian, Pemkab Lebong berani menerjemahkannya secara spesifik sesuai kondisi di lapangan. Jika program nasional berbicara tentang ketahanan pangan, maka bagi Lebong, itu berarti memfokuskan anggaran pada hal yang paling krusial bagi petaninya.
“Kalau memang irigasi rusak dan masyarakat butuh air untuk sawahnya, maka jangan ragu. Fokuskan anggaran ke situ. Ini soal hajat hidup orang banyak,” tegas Bambang.
Pernyataannya ini bukan sebuah penentangan, melainkan sebuah penerjemahan visi makro menjadi aksi mikro yang relevan.
Ia menambahkan, kebutuhan seperti jalan desa, jembatan, hingga jalan usaha tani adalah “bahasa lokal” dari program besar peningkatan ekonomi dan konektivitas. Prioritas pada pendidikan dan kesehatan nasional akan diterjemahkan menjadi perbaikan fasilitas medis di desa dan sekolah rakyat yang mudah dijangkau.
Dengan demikian, RPJMD Lebong 2025-2029 dirancang untuk menjadi dokumen yang memiliki dua wajah: satu sisi selaras dengan kebijakan nasional untuk memastikan sinergi dan dukungan, sementara sisi lainnya menatap langsung ke denyut nadi kebutuhan masyarakat lokal. Ini adalah sebuah pertaruhan bahwa pembangunan terbaik lahir dari keseimbangan antara visi besar dan kepedulian pada hal-hal kecil yang paling berarti. [Trf]