Manfaatkan ‘Kartu As’ Sahabat Dirjen, Bupati Azhari Pimpin Lebong ‘Perang’ Proposal Rebut Kuota Rumah Gratis
Lebong Bersaing Ketat dengan Tiga Kabupaten Lain, Kualitas Data dari Kades Jadi Penentu Nasib Ribuan Warga

Bengkulusatu.com, Lebong – Panggung Aula Setda Lebong bukan sekadar menjadi saksi bisu rapat koordinasi biasa. Rabu (18/06/2025), ruangan itu menjelma menjadi medan strategis di mana nasib ribuan warga kurang mampu dipertaruhkan. Di hadapan para camat dan kepala desa, Bupati Lebong, Azhari, secara terbuka memainkan “kartu as”-nya: kedekatan personal dengan Direktur Jenderal di Kementerian Perumahan, untuk memenangkan “perang proposal” dalam program nasional tiga juta rumah.
Dengan tarikan napas penuh optimisme, Bupati Azhari menyalakan semangat para aparaturnya. Program ambisius dari pemerintahan pusat ini, yang merupakan realisasi janji kampanye Presiden Prabowo Subianto, dilihatnya sebagai peluang emas yang tidak boleh dilewatkan untuk mengentaskan kemiskinan ekstrem di Bumi Swarang Patang Stumang.
“Kita sangat mengapresiasi program ini. Seyogyanya Pak Dirjen langsung yang hadir, karena beliau juga teman baik saya saat di Jakarta. Tapi karena ada agenda mendadak di Palu, beliau belum sempat hadir,” ungkap Azhari, menyiratkan adanya jalur komunikasi khusus yang bisa memuluskan jalan Lebong.
Klaim kedekatan ini bukan sekadar basa-basi politik. Azhari menggunakannya sebagai cambuk untuk memastikan jajarannya, terutama para kepala desa, bergerak cepat dan presisi. Ia menegaskan, koordinasi antara Dinas Perkim, Camat, dan Kepala Desa adalah kunci agar data calon penerima bantuan bisa segera diinput dan diproses.
“Kita nanti sama-sama akan mendukung langkah dari program ini. Data input harus segera masuk hingga realisasi program 3 juta rumah ini bisa cepat kita laksanakan di Lebong,” imbuhnya.
Namun, jalan menuju realisasi tidak semulus klaim kedekatan personal. Perwakilan Dirjen Perumahan dan Perdesaan, Arifman, yang hadir dalam rapat tersebut, memberikan gambaran kompetisi yang sesungguhnya. Menurutnya, di Provinsi Bengkulu, hanya empat kabupaten yang menjadi sasaran program ini: Lebong, Rejang Lebong, Kepahiang, dan Bengkulu Selatan.
“Kuota untuk Kabupaten Lebong akan sangat tergantung dari jumlah pengajuan serta kesesuaiannya dengan syarat dan ketentuan yang berlaku,” tegas Arifman.
Pernyataannya menjadi sinyal jelas: ini adalah sebuah kompetisi. Kualitas dan kelengkapan proposal dari Lebong akan diadu dengan tiga kabupaten tetangga. Siapa yang paling siap, dialah yang akan mendapatkan porsi kue pembangunan terbesar.
Program ini sendiri menargetkan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dengan batas gaji maksimal Rp8 juta per bulan bagi yang sudah berkeluarga dan Rp7 juta bagi yang lajang, sebuah kriteria yang diharapkan dapat menyasar warga yang benar-benar membutuhkan hunian layak.
Kini, pertaruhan besar ada di pundak para Camat dan Kepala Desa se-Kabupaten Lebong. Mereka dituntut tidak hanya bekerja cepat, tetapi juga bekerja cerdas dalam menyajikan data yang valid dan komprehensif. Seberapa cepat dan akurat data yang mereka sajikan akan menentukan apakah ‘kartu as’ persahabatan yang diungkap Bupati benar-benar sakti, atau hanya menjadi janji manis di tengah persaingan ketat memperebutkan atap bagi warga yang paling rentan. [Traaf]