Kedurai “Muang Apem”: Merajut Persatuan Dalam Balutan Tradisi Leluhur di Lebong

Bengkulusatu.com, Lebong – Ribuan warga dari empat desa keturunan Kutai di Kecamatan Lebong Tengah dan Bingin Kuning, kembali membanjiri kawasan keramat Bingin Kuning, Pasir Lebar, Desa Semelako Atas, Kecamatan Lebong Tengah, Kabupaten Lebong. Bukan untuk unjuk rasa, melainkan untuk melestarikan tradisi luhur “Kedurai Muang Apem” (Kenduri Membuang Kue Apam) yang telah mengakar kuat.
Acara sakral yang digelar Kamis (9/10/2025) ini tak hanya menjadi ajang doa bersama, namun juga menegaskan kembali komitmen masyarakat dan pemerintah daerah dalam menjaga kearifan lokal, serta merajut tali silaturahmi yang kokoh.
Pada Kamis yang sedikit mendung, aroma kue apam yang legit berpadu dengan nuansa sakral di Keramat Bingin Kuning. Tradisi Muang Apem, sebuah ritual tahunan yang diwarisi dari leluhur warga pecahan Kutai Desa Semelako, Bungin, Karang Dapo, dan Pungguk Pedaro, kembali dihelat.
Dengan semangat gotong royong, warga berbondong-bondong membawa kue apam yang telah disiapkan. Apam-apam ini kemudian didoakan bersama sebelum disantap, melambangkan harapan akan keberkahan dan penolakan bala.
Kehadiran Bupati Lebong H. Azhari SH MH, didampingi Ketua TP PKK Lebong Ny. Dian Rismawati Azhari SH, Pj Sekda Lebong Dr. H Syarifuddin S.Sos M.Si, serta jajaran pejabat tinggi lainnya, menjadi bukti nyata dukungan pemerintah terhadap pelestarian budaya. Tak ketinggalan, para Ketua Kutai dan pemangku adat setempat turut hadir, mengawal jalannya prosesi yang khidmat.
Acara diawali dengan penyambutan meriah secara adat, di mana tarian Kejai yang dinamis memukau para tamu dan ribuan masyarakat yang hadir. Setelah prosesi inti Muang Apem di lokasi keramat, suasana kembali semarak di panggung utama. Tampak anak-anak sanggar menampilkan kesenian dan tarian Rejang yang anggun, mengundang decak kagum dan tepuk tangan meriah. Ini menunjukkan bahwa tradisi bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga tentang regenerasi dan inovasi.
Dalam sambutannya yang lugas, Bupati Azhari menegaskan pentingnya melestarikan Kedurai Muang Apem sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas budaya.
“Ini hanya tradisi budaya. Budaya perlu dilestarikan sebagai bentuk ajang kita bersilaturahmi, tidak perlu dipertentangkan,” ucapnya penuh makna, menepis segala keraguan dan perbedaan pandangan.
Kemudian, ketika diwawancarai awak media di sela acara, Bupati Azhari menjelaskan bahwa kehadirannya bersama istri adalah bentuk penghormatan tinggi terhadap kearifan lokal yang telah dijalankan masyarakat Lebong Tengah dan Bingin Kuning secara turun-temurun.
“Ini adalah tradisi yang turun-temurun, bentuk kearifan lokal,” imbuhnya, menekankan bahwa tradisi ini adalah warisan berharga yang harus dijaga.
Ia juga tak lupa menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah bekerja keras menyukseskan acara ini, mulai dari Camat, Kepala Desa, hingga aparat keamanan.
“Ini adalah bagian dari budaya kita, budaya masyarakat Lebong, terkhusus di Lebong Tengah dan Bingin Kuning,” ujarnya.
Lebih jauh, Bupati Azhari memiliki visi untuk menjadikan Kedurai Muang Apem sebagai agenda promosi wisata budaya Kabupaten Lebong. Ia berharap, ke depan, akses menuju lokasi Keramat Bingin Kuning dapat diperbaiki dan disempurnakan. Namun, Azhari menekankan bahwa setiap perbaikan akan selalu dikoordinasikan dan mengikuti arahan dari para ketua adat setempat, memastikan bahwa modernisasi tidak akan mengikis nilai-nilai sakral tradisi.
“Mudah-mudahan ini nanti akan menjadi agenda Kabupaten Lebong. Untuk ke depannya agar lebih baik tentu akan disempurnakan,” pungkasnya, memberikan harapan baru bagi pengembangan dan promosi budaya Lebong di kancah yang lebih luas.
Kedurai Muang Apem bukan sekadar ritual membuang kue, melainkan sebuah manifestasi nyata dari kekuatan tradisi yang mampu merajut persatuan. Di tengah gempuran modernisasi, masyarakat Lebong, bersama pemerintah daerah, menunjukkan bahwa kearifan lokal adalah fondasi kokoh yang harus terus dijaga, dilestarikan, dan dikembangkan, demi masa depan yang tidak melupakan akarnya. Ini adalah potret harmonis sebuah komunitas yang bangga akan identitas budayanya. [trf]