Misi 3 Bulan Wilyan Bachtiar: Benahi Borok di Tubuh PDAM TTE Lebong

Bengkulusatu.com, Lebong – Sebuah misi penyelamatan dengan tenggat waktu ketat kini resmi dimulai. Bupati Lebong, H. Azhari SH MH, menunjuk Wilyan Bachtiar SIP untuk memimpin operasi pembenahan total terhadap “borok” yang mengakar di tubuh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Tebo Emas (TTE). Wilyan hanya diberi waktu tiga bulan untuk membuktikan kinerjanya di kursi panas Pelaksana Tugas (Plt) Direktur.
Penunjukan ini, yang disahkan melalui SK Bupati nomor 189 tahun 2025, menjadi jawaban atas kekosongan kepemimpinan setelah direktur sebelumnya mengundurkan diri. Wilyan kini mengemban amanah berat untuk mengurai benang kusut manajemen dan tata kelola keuangan yang diduga menjadi biang keladi carut-marutnya pelayanan air bersih di Lebong.
Saat menyerahkan SK pada Senin (23/06/2025), Bupati Azhari memberikan mandat yang lugas dan tanpa kompromi. Ia menaruh harapan besar pada pundak Wilyan untuk melakukan perubahan fundamental.
“Benahi manajemen! Selama 3 bulan nanti akan dievaluasi. Saya yakin Wilyan Bachtiar bisa memperbaiki sejumlah permasalahan yang ada dalam organisasi PDAM TTE,” tegas Bupati Azhari.
Bupati juga memberikan sinyal bahwa misi tiga bulan ini bisa menjadi tiket emas menuju kursi direktur definitif.
“”Wilyan silakan berkarya di PDAM, untuk PDAM yang lebih bagus. Kalau pun nanti lelang Direktur digelar karena ini kan terbuka, tapi kalau kinerjanya bagus, tentu akan menjadi pilihan utama bagi kami,” imbuhnya, memberikan insentif sekaligus tekanan.
Diagnosis Awal: ‘Human Error’ Hingga Laporan Tak Bertuan
Tak menunggu lama, Wilyan Bachtiar langsung membeberkan diagnosis awalnya. Berdasarkan hasil inventarisasi masalah yang telah ia lakukan, penyakit utama PDAM TTE terletak pada sistem manajerial yang lumpuh.
“Kita mempunyai masalah di manajemen yang tidak ada laporan triwulan, 6 bulanan, apalagi tahunan,” ungkap Wilyan, menyoroti betapa parahnya sistem akuntabilitas internal perusahaan.
Problem ini, lanjutnya, menjalar hingga ke lapangan. Infrastruktur yang tak terurus memicu maraknya sambungan ilegal, sementara di sisi lain banyak pelanggan resmi yang sudah memasang meteran justru tak pernah menikmati aliran air.
“Sumber air kita luar biasa, tapi masyarakat tidak terlayani dengan baik. Ini berarti ada human error dalam tubuh PDAM TTE,” tegasnya.
Kini, dengan moto kerja “keras dulu baru berair”, Wilyan optimistis dapat membawa perubahan. Publik menanti, apakah misi 90 hari ini cukup untuk menyembuhkan borok yang telah lama menggerogoti PDAM dan mengembalikan hak masyarakat atas air bersih. [Traaf]