Pedagang Kopi di Bengkulu Selatan Bacok Saingannya Hingga Kritis

Bengkulusatu.com, Pino – Persaingan bisnis yang pahit, sepahit bubuk kopi yang mereka jajakan, berakhir dengan pertumpahan darah. Sebuah motif sepele rasa tersinggung karena dagangan kurang laris terkuak sebagai pemicu aksi pembacokan brutal di Pekan Masat, Kecamatan Pino, yang nyaris merenggut nyawa.
Pelaku, AG (dikenal juga sebagai AD atau Ri), kini hanya bisa tertunduk lesu di hadapan penyidik. Ia mengakui perbuatannya yang keji terhadap Top (36), sesama pedagang kopi yang menjadi saingannya. Ironisnya, dendam kesumat yang mendorongnya menebaskan parang secara membabi buta itu lahir dari cekcok mulut di pasar subuh yang dingin.
“Pelaku dan korban ini sama-sama berjualan bubuk kopi. Sebelum kejadian, keduanya sempat ribut mulut di Pasar Ampera karena tersinggung soal jualan kurang laris,” ungkap Kapolres Bengkulu Selatan, AKBP Awilzan, S.IK, MH, melalui Kasat Reskrim Iptu Muhamad Akhyar Anugerah, SH, MH, pada Jumat (4/7/2025).
Cerita tragis ini bermula pada Kamis dini hari (3/7/2025), sekitar pukul 03.00 WIB di Pasar Ampera. Cekcok mulut antara AG dan Top sempat dilerai warga. Namun, bara dendam di hati AG, perantau asal Pesisir Selatan, Sumatera Barat, rupanya tak padam. Didorong amarah yang memuncak, ia pulang ke rumahnya di Desa Melao untuk mengambil sebilah parang.
Dengan senjata tajam terselip di balik bajunya, AG menyusul Top yang sudah pindah lapak ke Pekan Masat. Sekitar pukul 06.30 WIB, tanpa banyak bicara, ia melancarkan serangan brutal. Parang diayunkan, menebas kepala bagian belakang, bibir, hingga memutuskan satu jari tangan korban. Darah segar seketika membasahi lapak dagangan.
“Setelah melancarkan aksinya, pelaku langsung kabur,” tambah Iptu Muhamad Akhyar.
Top, yang terkapar bersimbah darah, segera dilarikan ke rumah sakit oleh kepala desa setempat dan kini masih dalam perawatan intensif dengan luka menganga yang mengerikan.
Namun, pelarian AG tidak berlangsung lama. Tim Satreskrim Polres Bengkulu Selatan bergerak cepat. Kurang dari 24 jam, jejak pelaku terendus hingga ke Taman Remaja, Kota Bengkulu.
“Iya, pelaku berhasil kami amankan saat sedang berada di Taman Remaja, Kota Bengkulu. Ia kami tangkap tanpa perlawanan berarti,” tegas Kasat Reskrim.
Kini, AG harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Secangkir dendam yang ia seduh dari rasa iri dan ketersinggungan kini membawanya ke balik jeruji besi, menghadapi ancaman hukuman berat. Sebuah pelajaran kelam bahwa persaingan bisnis, sepahit apa pun, tak pernah sepadan dengan nyawa manusia. [**]