
Bengkulusatu.com, Bengkulu – Di tengah gemerlap Festival Tabut 2025 yang membanggakan Bengkulu sebagai event kaliber nasional, sebuah evaluasi tajam datang langsung dari Senayan. Senator Hj. Erna Sari Dewi, S.E., tak hanya datang untuk seremoni, tetapi turun langsung ‘menginspeksi’ denyut nadi festival. Ia mengungkap sejumlah ‘pekerjaan rumah’ krusial mulai dari penataan tenda yang rentan cuaca hingga lobi tingkat tinggi untuk mendatangkan menteri.
Sebagai anggota Komite VII DPR RI yang membidangi pariwisata, Erna menegaskan bahwa status Tabut dalam 50 besar Kharisma Event Nusantara (KEN) adalah pertaruhan besar.
Kehadirannya pada Jumat (4/7/2026) bukanlah kunjungan biasa, melainkan sebuah misi untuk memastikan prestise nasional itu sepadan dengan kualitas penyelenggaraan di lapangan.
“Tabut ini adalah kekayaan kita. Masuknya ke KEN adalah kebanggaan. Oleh karena itu, saya ingin memastikan pelaksanaannya berjalan baik,” ujar Erna.
Ia mengaku telah mengawal festival ini sejak perencanaan, bahkan turun langsung bersama Kepala Dinas Pariwisata saat persiapan awal.
Lebih dari sekadar memantau, Erna mengerahkan pengaruhnya di tingkat pusat. Sebuah langkah strategis tengah ia jalankan untuk menaikkan gengsi acara penutupan.
“Saya sudah komunikasi dengan kementerian, sedang berusaha agar Ibu Menteri atau Wamen bisa hadir di penutupan. Ini penting sebagai bentuk dukungan langsung pemerintah pusat,” ungkapnya, menandakan bahwa Tabut harus menjadi panggung nasional, bukan sekadar perayaan lokal.
Evaluasi Tajam dari Lapangan
Meski memuji semangat panitia, sorotan tajam Erna tak luput dari kekurangan teknis. Lokasi baru dan keterbatasan anggaran diakuinya sebagai tantangan, namun ia melihatnya sebagai bahan evaluasi vital untuk masa depan.
“Kekurangan itu bisa kita maklumi, tapi ini justru jadi catatan agar ke depan lebih baik,” katanya.
Salah satu yang paling ia soroti adalah kenyamanan pedagang dan pengunjung saat cuaca tak menentu.
“Tadi saya lihat kondisi tenda, kita perlu siapkan solusi jika hujan turun. Tenda harus lebih tertutup dan nyaman,” kritiknya membangun.
Namun, ia juga mengapresiasi terobosan dalam sistem keamanan yang untuk pertama kalinya dilengkapi enam pos pengamanan dan kamera pengawas (CCTV).
“Ini perkembangan yang patut diapresiasi, menunjukkan peningkatan manajemen event,” tambahnya.
Pemerintah Daerah Akui Keterbatasan
Menanggapi evaluasi tersebut, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu, Murlin Hanizar, S.P., M.Si., secara terbuka mengakui bahwa penyelenggaraan tahun ini belum sempurna. Ia membenarkan koordinasi intensif dengan Senator Erna sejak H-7.
“Beliau turun langsung, kami berdiskusi bersama promotor dan aparat untuk kelancaran kegiatan,” ujar Murlin.
Ia juga meluruskan beberapa hal, termasuk soal biaya. Murlin menegaskan bahwa pemerintah hanya menyediakan tenda gratis untuk 46 UMKM. Sementara tenda komersial dan biaya sewa lokasi Sport Center yang fantastis, mencapai Rp127 juta, sepenuhnya ditanggung oleh pihak promotor tanpa subsidi APBD.
“Pemerintah tidak membiayai sewa lokasi,” tegasnya.
Kini, nasib Festival Tabut berada di persimpangan. Dengan status nasional di tangan, tantangan sesungguhnya adalah membuktikan bahwa Bengkulu mampu menjadi tuan rumah yang profesional. Seperti yang disimpulkan Senator Erna, festival ini tak bisa lagi hanya bergantung pada APBD.
“Perlu kolaborasi dengan kementerian, BUMN, dan pelaku usaha agar Tabut bisa semakin besar dan berdampak bagi ekonomi masyarakat,” tutup Erna. [**]